Assalamualaikum Wr. Wb.
Hidup Mahasiswa !!!
Sahabat mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah softskill, bukan ? sejak masuk ke kampus tercinta ini pun kita sudah digadang-gadang dengan istilah tersebut. Ya, softskill disini lebih dikenal di kalangan mahasiswa dengan istilah ‘sop kikil’.
Apa sih softskill ? mungkin diantara kita masih ada yang bingung akan makna dari kata tersebut. Mungkin ada yang mengira itu semacam istilah untuk bakat atau hobi, bahkan ada pula yang sebenarnya paham namun tak bisa menjabarkannya dengan kata-kata.
Intinya, istilah softskill yang kita kenal itu pada pengaplikasiannya tentu saja ada di dalam organisasi, apapun organisasi yang kita ikuti baik di dalam maupun luar kampus. Tapi, apakah hanya dengan ikut organisasi, lalu kita otomatis mendapatkan softskill ?
Tidak jarang sebagian mahasiswa hanya sekedar menjadikan organisasi itu hanya sebagai “pelengkap” hidupnya saja, belum sepenuh hati menjadikannya sebuah kebutuhan atau sarana mendapatkan ilmu. Terlebih atmosfer organisasi di POLBAN yang menuntut keaktifan penuh anggotanya, maka mengikuti organisasi seakan wajib untuk dilakukan. Bila tidak, maka akan berdampak pada “kerugian” pada individual bersangkutan.
Ya, bisa dibilang mayoritas mahasiswa POLBAN mengikuti organisasi, termasuk pula diantaranya kita. Kembali pertanyaan ditekankan, apakah dengan itu kemudian kita otomatis mendapat softskill ?
Sayangnya, fakta mengatakan belum tentu.
Kenyataannya, orang yang benar-benar mendapatkan softskill adalah orang yang bekerja keras untuk organisasinya. Ya, meskipun dalam satu organisasi terpadu, tak jarang kita menemukan ada orang yang tampak bekerja keras, ada pula yang tampak santai-santai saja.
Diluar faktor individu diatas, orang yang bekerja keras untuk organisasinya tentulah orang yang mempunyai visi, misi, maupun mimpinya untuk membangun organisasi, sehingga waktu, tenaga, pikiran, dan perasaannya ia tumpahkan secara tuntas didalamnya. Nah, inilah yang disebut dedikasi, yaitu perjuangan seseorang yang mengorbankan apapun miliknya untuk kepentingan bersama.
Nah, tentunya jiwa dedikasi ini tak semua dimiliki semua orang. Sebenarnya bisa saja semua orang memilikinya, namun sayangnya tidak semua orang mau berproses untuk berdedikasi. Dan bagi jiwa berdedikasi ini, layaklah ia disematkan sebagai orang yang memiliki softskill.
Contoh kasus, tak jarang dalam organisasi, kita menemukan sosok sentral didalamnya. Sosok sentral ini diibaratkan otaknya organisasi. bila sosok sentral ini memberikan pemikirannya, seakan akan semua orang menganggap itu adalah hal yang penting. Dan jika sosok ini tak ada, maka ia akan dicari-cari dan dirindukan keberadaannya. Tak kurang pula wibawa dan pengaruh besar yang dimiliki oleh sosok sentral ini makin meneguhkan dirinya dalam sebuah organisasi.
Lalu, apakah sosok sentral itu ada begitu saja ? jawabannya, tidak.
Bisa jadi si tokoh sentral ini dulu hanya anggota biasa, tapi ia punya dedikasi penuh untuk organisasinya. Dikala yang lain bersantai, ia berpeluh. Di kala yang lain pulang lebih cepat, ia rela pulang malam. Dikala yang lain acuh akan sebuah kerja keras, ia seakan menjawab dedikasinya tu dengan proses. Ya, proses itu dimulai dengan kerja keras, sahabat !
Mari, kita bersama-sama menjadikan organisasi yang kita ikuti sekarang menjadi sarana untuk kita mendapatkan ilmu jiwa dan rasa bernama softskill ini. Jadikan itu seimbang dengan kegiatan akademik, hingga kita benar-benar mendapatkan manfaat dari apa yang kita lakukan selama menjadi mahasiswa.
Tentu saja, segalanya dimulai dengan niat dan kerja keras untuk berproses dan bekerjasama dalam sebuah organisasi.
__________________________________________________________________________
sumber gambar :
0 komentar:
Posting Komentar