• Selamat Datang !

    Debu itu aku...


    Aku tahu, aku bagaikan setitik debu. debu yang mungkin melayang-layang. debu yang kadang kedinginan, terperangah, tertempel di pojok dinding kehidupan. Tak bisa mengagumi diri, apa pula yang akan dibanggakan ?

    Aku kecil. tak seberapa bila dilihat mata dunia, meski memakai kaca pembesar sekalipun. Akulah debu itu, aku luluh dimanapun, aku terbang mengikuti angin, dan ... aku tertahan.

    Tempat aku jatuh dan bertahan kini, tak seperti dulu.

    aku terperosok dan terkejut akan diriku yang mulai tak terbang lagi sekehendaknya, mulai mencoba menetapkan diriku di suatu tempat yang bahkan tak enak untuk ditinggali. aku tertahan diantaranya sejuta makhluk yang sama, sama sekali diam dan tak bersuara. meski begitu, inilah pilihanku sebagai debu. ya, debu.

    kini aku lambat laun mulai berinteraksi dengan sesama diriku, debu-debu lain yang sama. aku telah terikat dengan mereka, mengikuti alunan zaman dengan bersama satu padu, dengan nama lain, yaitu tanah.

    ya, debu-debu itu kami, tanah !

    kami melewati berbagai rintangan hidup yang ada dan kami menjadi saksi betapa kerasnya hidup itu. kami merasakan diinjak-injak oleh makhluk lain. kami merasakan ratapan alam, bahkan kami merasakan deru derai air mata bumi, jatuh tepat diatas kami, kepala kami.

    dan, setelah sekian lama...

    aku, dan mereka, sudah terbiasa hidup seperti itu. kini aku nikmati apa yang aku pilih, aku sudah paham arti kerasnya hidup ini. aku, aku bukan debu yang dulu lagi, aku bukanlah debu yang melayang-melayang tak tentu arah lagi..

    hingga waktupun berlalu..

    suatu saat, ketika ku buka mataku, aku merasakan keajaiban !

    aku berada di tempat yang tinggi, tinggi sekali. ku tak percaya, aku belalakkan lagi mata. ya, benar ! aku sudah tidak dibawah lagi, tapi aku tidak melayang lagi ? kutatap sekeliling, kulihat senyum manis teman-temanku, sambil menepuk pundakku. 

    "Ya teman, kita bukan lagi debu yang lemah seperti dulu. kita sekarang sudah menjelma menjadi lebih kuat dengan kebersamaan kita. lihatlah, kita sudah menjadi sebuah bata merah ! lihat teman-teman baru kita disana .." aku lihat senyuman lain dari kumpulan bata-bata merah itu. entah, mungkin ini keajaiban tuhan. 

    Kami, bata merah, kini telah tersusun rapi hingga kami membentuk sebuah rumah. meski aku tak tahu, dari mana bata merah itu berasal. dan satu hal, aku pun yakin, mereka dulu juga sama seperti aku, sebutir debu..

    __________________________________________________________________________________________


    Andai aku debu tadi, ya aku adalah orang biasa saja, yang dulu tak berpendirian, yang belum tahu apa arti pengorbanan, yang mencari dan terus mencari apa arti kehidupan... melayang-layang tidak karuan. 

    Ya, hingga aku kini memilih untuk keluar dari zona nyamanku. aku ingin melakukan sesuatu yang berarti buat hidupku. dan aku.. memasuki rumah ini, organisasi ini, demi tujuanku..

    Ya, aku merasakan kerasnya hidup di organisasi. bagaimana aku harus mengorbankan diriku untuk orang lain, betapa sakitnya ketika hakku dikorbankan tanpa ada yang menghargai, mencoba memberikan segala curahan diri demi kemaslahatan orang lain... betapa sakitnya, tak cukup kuurai dengan air mata, sesekali raut kekesalan, dan tentu saja pikiran yang terus menjadi beban.

    Andai aku debu tadi, ah.

    kini aku mulai nyaman disini, di rumah ini, di organisasi ini... aku mulai berinteraksi dengan orang lain, aku mulai bertukar pikiran, aku mulai berbagi beban, aku mulai mendengar curhatan dan kesan-kesan.. apapun itu..
    Aku mulai merasa inilah rumahku. inilah yang aku pilih. aku tahu, hidup dalam organisasi memang keras... tapi inilah pilihanku. prinsip hidupku. akan kukorbankan apa yang aku punya, selama aku bisa.. demi kemaslahatan semua.

    hingga nanti, waktu pun terus berlalu. waktu, menjadi saksi bisu pertumbuhanku menjadi manusia lain.

    Andai aku debu tadi. Ah, dikala suatu saat nanti, 

    ketika aku membuka mata... aku mengenal diriku sebagai seseorang yang lain dari diriku yang dulu. aku tatap tanganku, aku tatap wajahku, mungkin tetap akan sama.. 

    tak sadar, aku menatap foto lama di dinding itu... airmataku pun mengalir dengan derasnya. aku tak mampu lagi menahan rasa kangen pada saat itu..

    kutatap satu-satu foto itu. senyum teman-temanku membuat aku tergelitik. aku teringat lagi masa lalu dimana dulu bersama teman-teman menghabiskan malam dengan rapat yang panjang.. aku ingat lagi, kala itu membuat acara bersama.. kala itu curhat bersama.... dikala kesal dan uring-uringan bersama..

    ku tatap lagi fotoku. kini, aku orang yang lain. ya, aku bertumbuh hingga menjadi berbeda. 

    Andai aku debu tadi. aku merasa bahwa kebersamaan kami, membuat kami kuat, persis seperti bata merah itu. dengan kekuatan itu, kami berhasil membuat impian bersama ! berpadu-padan saling melengkapi, hingga jadilah bata merah itu sebuah rumah... apa rumah itu ? ya, impian kami, masa depan kami, untuk diri sendiri, untuk keluarga, untuk masyarakat, untuk bangsa Indonesia, dan untuk dunia ...

    Kutatap lagi foto itu. hingga aku tenggelam dalam kisah bahagia itu. meski diselingi kepahitan, itu tetaplah kisah bahagiaku. kisahku, untuk menjadi orang yang berarti, di rumah baruku, di organisasi ini...

    Ah, andai aku debu tadi...


    _______________________________________________________________________________

    Sumber gambar : 
    sand

    0 komentar:

    Posting Komentar