Assalamualaikum sahabat ...
Ketemu lagi di hari Sabtu yang berbahagia ...
Alhamdulillah ga kerasa udah postingan kelima aja . makasih buat yang masih setia membaca ... :)
Temen temen, diantara kalian salah satunya ada yang movie freak ngga nih ? kalo bisa dibilang mah, setiap film film terbaru yang udah masuk chart five rate alias film berkualitas bintang lima, pasti langsung dah, terjun ke bioskop terdekat atau langsung meluncur ke toko kaset langganan ... ato bagi temen temen yang sinetroner’s ( waduh maksa hhehe ), pasti ngga mau ketinggalan episode tiap episode dari Putri Yang Ditukar atau sinetron yang lain, iya kan, (ngakuuu ...) ? hehe .
Wuidih, pasti dah pada tau judul judul film yang lagi pada hot, kaya The King’s Speech, Black Swan, atau Inception ( direkomendasikan juga untuk menonton Darah Garuda : Merah Putih II , yang berhasil menyabet 8 penghargaan internasional lho , manteb filmnya, hhe ) dan lain sebagainya . malah mungkin punya koleksi film sampe ber-quel quel saking freaknya ama tu film .
Nah, teman teman ...
Sedikit cerita di atas mempunyai kaitan dengan tema bahasan kita hari ini, yang akan mencoba membuka cakrawala pemikiran kita akan kata yang satu ini, yaitu episode kehidupan . ya, episode kehidupan .
Alkisah, di suatu ladang kosong, tampak seorang anak berumur lima tahunan sedang asyik bermain. Sementara di pojok sana, bekerjalah seorang petani yang sedang menanam padi. Tiap tiap bedeng ditanaminya dengan sabar. Tampaknya ia begitu lelah dengan semua itu, namun ia mencoba tetap tegar, walaupun mengalami sedikit sakit pinggang. Dan akhirnya selesailah pekerjaan itu. Sebelum ia pulang, ia mengajak anaknya untuk melihat matahari terbenam. Anak itu tampak riang gembira ...
Hari demi hari pun berlalu . mulailah padi padi itu menguning. Seiring menguningnya padi, semakin sibuklah pekerjaan petani, karena harus bertugas pula mengusir burung yang hinggap di pucuk padi. Tak lupa, setelah selesai bekerja, ia selalu mengajak anaknya melihat matahari terbenam seperti biasanya ... petani itu tersenyum .
Tibalah saatnya panen. Kini lain pula kesibukan petani itu . kini ia harus sering mengibas ngibaskan daun padi untuk mengambil bulir bulir padi, dan siang harinya pergi ke pasar untuk menjual hasil panenya . ia tersenyum, hasil panennya banyak menghasilkan uang , tak lupa ia membelikan anaknya semangkuk bakso di pinggir jalan, untuk melihat kembali matahari terbenam pada sore hari ... “alhamdulillah” ujarnya .
Ya mungkin sekilas itulah sinopsis hidup petani . namun, tak selamanya seperti itu . tahun berikutnya, sawah gagal panen karena terkena serangan hama . 4 bulan berikutnya, terjadi kemarau panjang yang menyebabkan harga padi naik . dan bulan bulan selanjutnya, terjadi pula penurunan harga beras sehingga mengakibatkan petani merugi, dan berbagai kejadian lainnya yang menghampiri kehidupan petani itu . namun, ada kebiasaan yang tak pernah ditingalkannya, yaitu tetap terus menikmati terbenamnya matahari di sore hari, dan selalu tersenyum setelahnya .
Seiring tumbuh kembang anaknya menjadi dewasa, ia selalu memikirkan apa motif ayahnya selalu melakukan kebiasaan itu . suatu sore yang kesekian kali dalam hidupnya, ia duduk dengan ayahnya di samping pematang sawah. Ia bertanya ,
“ Ayah, mengapa ayah selalu melihat matahari terbenam di sore hari ? tidakkah itu membosankan ? “
Ayahnya hanya menatapnya sambil berujar pelan,
“ Nak, setiap hari itu berbeda . dan ayah selalu menikmati matahari terbenam yang berbeda pula “
“ Apa maksud ayah ? “
Sedikit kata yang diungkapkan ayahnya .
“ Ayah hanya ingin menikmati tiap episode yang tuhan berikan kepada kita . kita wajib mengoreksi diri untuk hari ini, dan mencoba mencari celah kesempatan baik untuk esok hari ... “
==================
Apakah yang dapat diambil dari cerita diatas ?
Yaitu ; “ CARA CERDAS UNTUK MENIKMATI TIAP EPISODE HIDUPMU, ADALAH DENGAN MENGAMBIL HIKMAH DARI SETIAP KEJADIANNYA “
Selamat bertafakkur, kawanku !
0 komentar:
Posting Komentar