• Selamat Datang !

    Akuilah Kesalahanmu


    Kehidupan terus berjalan.

    Seperti roda pedati, dikala jalan itu mulus, melengganglah ia. Namun, ketika menghadapi jalan buruk, tak habis-habisnya menerpa batu-batu kerikil, lubang yang menganga, dan hentakan-hentakan kecil yang terasa. Dibalik semua itu, tentu ada hikmahnya. pedati itu bukan tanpa arti. pedati itu seakan berbicara, "ambillah pelajaran dariku, apakah kau tidak mengerti ?"

    Kita, semua, tentu melihatnya, namun terkadang tak tersadar diri, bahwa kita pun mestinya sudah ditakdirkan sejalan dengan pedati. Dikala semua roda berjalan, kita harus mencari arti dari semua perumpamaan di setiap sajak-sajak rinai nafas.

    Kita tak luput dari kesalahan, itu sudah jelas, dan pasti. baik itu kita sadari maupun tidak, kita sebenarnya tak pernah luput dari kesalahan. meski kita mencoba berkelit dengan, "ah, kita kan manusia biasa ... " itu tidak cukup membantu untuk membuat kita sedikit "tampak" baik.

    mau kita bersandiwara, mau tidak, kesalahan selalu ada. ibarat tubuh dan ruh, setiap perbuatan kita pasti dibayangi kesalahan, meskipun tidak semua perbuatan kita menjadi salah karenanya. Tapi, itulah dia.

    sadar atau tidak sadar, kembali lagi kepada kisah hidup pedati, yang mana jalannya tak pasti dimanapun, entah mulus, entah rusak. begitupun kita, sudahlah, tidak usah menampik semua kenyataan ini.

    adakalanya, kita ibarat kehilangan setir atas diri, kehilangan kendali yang mana dapat sesaat menjatuhkan diri kita ke jurang kesalahan. sekejap, tapi mematikan. dan parahnya, kita benar-benar seperti insomnia akan kesalahan itu, dan tidak menggubris atau sedikitpun merasakannya.

    Entah siapapun yang mengatakannya, benarlah ia, bahwa lidah lebih "tajam" dari pedang, meskipun diluar substansi. Inilah bagian tubuh yang kecil, tapi kita belu becus untuk mengendalikannya. dari sinilah semua pertikaian berasal, dari sinilah kekejian dimulai, meskipun di individu terpuji seperti para nabi, lidah ini dapat pula bersinar bak berlian dan membasuh dahaga jiwa.

    Ketika menyadarinya, seakan-akan habislah dunia, runtuhlah segalanya di atas kepala. lagi-lagi karena sedikit kesalahan yang diperbuat, lagi-lagi kita masuk ke dalam jurang rasa bersalah yang berkepanjangan, diantaranya dapat pula menyebabkan efek samping berupa keresahan, dan hilang rasa cita.

    Tapi,
    itu semua sudah terjadi. tak ada yang bisa kita putar balik lagi. "roda pedati" sudah terlampau berputar, tak dapat kita mengayuhnya ulang. sekarang, yang wajib kita lakukan adalah "langsung sadar" untuk memegang kendali setirnya, agar tidak terjerang terlalu dalam.

    Kuncinya adalah, sadari kesalahan kita dan meinta maaflah kepada siapapun yang kita sakiti, apapun situasi dan kondisi yang ada, apakah itu sengaja atau tidak sengaja. ingatlah lagi, hidup kita ini seperti roda.

    jangan gegabah dalam "menyetir", sekaligus isilah hati dengan kelapangan akan rasa ikhlas, dan sikap memintaa maaf sekaligus memaafkan.



    Foto Sumber :



    0 komentar:

    Posting Komentar