• Selamat Datang !

    “Arus” Tuhan




    Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

    Apa kabar nih sahabat SIDS ?Duh, udah lama ya ngga bersua hehe.Maaf ya kemaren-kemaren, saya lagi sibuk euy, persiapan SNMPTN. Dan, Alhamdulillah, saya sudah melewatinya dengan baik. Tinggal nunggu hasilnya deh sahabat pas tanggal 7 Juli nanti.Semoga tembus deh ya salah satunya, amiin. Hmm, sebenarnya sekarang ini ngga bebas juga sih, karena saya masih ada beberapa ujian lagi, diantaranya SIMAK UI ( Seleksi masuk Universitas Indonesia ) tanggal 8 Juli, dan Insya allah tes Politeknik Negeri Bandung menyusul tanggal 14 Juli.. hehehe, namanya juga ikhtiar sahabat. Doain aja ya.

    Eh iya, sebenarnya saya harus ngelanjutin ya itu serial “Jump In Love”, tapi diselang-seling aja yah sahabat, Insya Allah minggu depan kita lanjutkan lagi. Ehem, apa yah yang mau saya share-kan ke sahabat ?Hmmm. Mungkin cuma kisah dari segelintir pemikiran saya yang masih berkembang. Oke deh, yuk ah mulai. Gini nih ceritanya,

    Suatu waktu, saya sedang melamun menunggu khutbah shalat jumat dimulai.Karena masih agak lama, saya iseng untuk sedikit melamun (bertafakkur) mengenai alam semesta ini.Dimulai, tentunya, dengan mengoreksi kesalahan saya sendiri.Sebagai makhluk yang jauh dari sempurna, mestilah saya terus menerus ingat dan bertaubat atas segala kesalahan saya, baik yang disengaja ataupun tidak.Jika dosa dibiarkan saja, wah bisa kacau hidup ini.Apa indikator kesalahan atau dosa kita ?diantaranya, kita merasa lebih berat untuk dekat dengan-Nya, dengan Allah. Pun, kita cenderung lebih menyukai hal hal duniawi dibanding ukhrawi. Padahal, Tuhan tidak melulu memerintahkan kita untuk berfikir dan berbuat untuk ukhrawi saja, tetapi ia menginginkan agar keduanya itu seimbang.

    Sekian lama bermelamun ria, sampailah saya kepada suatu pemikiran panjang yang “sepertinya” tak berujung berpangkal .Mungkin, kalau saya namakan, namanya benteng tauhid. Mulailah saya berpikir, bagaimana sih tentang alam gaib, lalu ngelantur memikirkan bagaimana rupa malaikat, dan apakah ia benar-benar ada ?sampai kepada saya mentok di sebuah statement yang saya sadari akhirnya, bahwa itu hanya sebuah retorika bodoh seorang manusia, seekor primata terlemah di muka bumi.

    Seketika dalam lamunan, seperti ada yang membisikkan sesuatu, entahlah itu kata hati atau bukan.Ia mengatakan seperti ini (digubah menjadi teks percakapan ya),

    “ apa ? kau tidak yakin dengan malaikat yang gaib ? coba, aku tanya, apakah kau yakin dengan “keyakinanmu” ? apakah kau yakin kau mempunyai jiwa ? apakah kau yakin, bahwa hati itu ada ? coba aku perjelas pertanyaanku, dimana hati itu berada ? di sebelah jantungmu ?”

    Saya mengangguk pelan.Ya, hati atau hepar, jelas berada di sebelah jantung. Hanya saja, yang dinamakan “kalbu” itu ada di sebelah mana ya ? Akhirnya, ia pun melanjutkan,

    “baiklah mungkin itu secara pandangan matamu. Tapi coba kau bayangkan, jika ada seseorang yang berteriak kepadamu, menistakan dirimu, dia bilang kamu bodoooh !apakah kau merasa terganggu ? adakah sesuatu yang sakit ? ya, itu pasti hatimu”

    Aku hanya mengangguk membenarkan. Lalu ia berbisik lagi,

    “lalu, apa sulitnya tuhan menciptakan malaikat yang gaib, seperti ia menciptakan kalbumu yang gaib ? itu sudah benar-benar nyata untukmu, bukan ? lalu anehnya, mengapa kau lebih yakin sugesti para ilusionis, ramalan seekor binatang, kartu tarot, atau ramalan zodiak ? Padahal kau tahu, Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa ada malaikat yang berada di kedua pundakmu ?”

    Saya terdiam dan mengangguk sendiri. Bahwa benarlah segala apa yang Allah maktubkan dalam Al-Quiran dalam Surah Al-hajj : 46. 

    46. maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

    bahwa benarlah, dosa itu menutup segala hidayah allah.

    Dan,

    Ternyata, pikiran manusia itu sesuai dengan apa yang dia ketahui. Tidak pernah melampaui dari apa yang ia sendiri buktikan. Maka kita tidak heran, berabad lalu, saat bangsa Yunani melalui seorang ilmuwannya, Ptolemy, mengatakan bahwa alam semesta ini bersifat Geosentris, segalanya berpusat di bumi.Namun, belasan abad kemudian, teori itu dipatahkan oleh Copernicus dengan teori Heliosentris nya. Lalu, apakah kita mengatakan, bahwa orang yang hidup pada zaman sebelum Copernicus, kita anggap bodoh ? Tidak sama sekali. Kenapa ?karena baru sampai disanalah pengetahuan mereka ! tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang ada pada manusia bersifat relatif.Tetapi ilmu pengetahuan yang dimiliki Tuhan itulah yang bersifat mutlak.

    Sama saja kita sekarang, pada masa ini, bertanya pada seorang anak kecil sekalipun, bisakah kita terbang ? O, tentu bisa, dengan pesawat dong, om !mungkin begitu katanya. Tapi lain halnya jika bertanya pada seseorang di zaman sebelum Wright bersaudara, Orvile-Willbur menemukan sebuah media untuk terbang, bahkan jika kepada seorang ilmuwan sekalipun, ia tentu menjawab : tidak. Kenapa ?hal itu belum terbuktikan.

    Seketika itu berlangsung beberapa menit, pikiran saya pun melantur lagi ke sebuah ingatan mengenai hari kiamat. Dikaitkan dengan pemikiran di atas, “apa susahnya sih Tuhan membuat dunia ini kiamat ?” sebuah aksioma, kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. Atau kita bertanya, “Apakah bisa Tuhan membangkitkan kita setelah kita mati ?” Saya yakin, kalau malaikat bisa berbicara, dia pasti akan bilang :

    What are you talking about ?
    ---

    Big Bang.Big Bang.Big Bang.
    Dari berbagai peristiwa yang ada di dunia ini, seolah membuktikan kebenaran firman-Nya. Bisa dibilang, bukan peristiwa yang membuktikan kebenaran kitab suci , tapi Allah-lah yang membuktikan peristiwa lewat kalam-Nya.So, it’s just simple deduction. Karena Allah pula yang menguasai segala peristiwa, betul ngga ?

    Hmm.

    Dilihat dari perspektif manusia, bisa dikatakan bahwa segala macam bentuk kehidupan kita di dunia ini adalah sebuah “film” sedangkan melalui Al-Quran, kita dapat melihat “trailer” segala bentuk kehidupan manusia, dari awal hingga akhir. Dan, kita, sekarang, benar-benar memerankan apa yang terjadi untuk episode selanjutnya, yang akan benar-benar terjadi.Dan kita pun sampailah, mungkin, pada episode akhir zaman, dimana segala ciri-ciri kebinasaan, segalanya telah bermula.

    Akhir zaman ?buktikan saja sendiri  dengan berbagai kejadian di muka bumi ini, yang sepatutnya sudah membuat ngeri, maupun “ngeri”.

    Sekarang, begini. Jika diibaratkan, anggap saja kita ini adalah semut-semut yang masuk ke dalam cairan susu. Tuhan bertindak sebagai pemilik susu itu. Lalu, dengan “telunjuknya”, ia memutar-mutar genangan permukaan air susu tersebut. Hampir semua semut terbawa arusnya, kecuali beberapa yang mampu keluar dari arus dan menempel di pinggir gelas, sembari melihat teman-temannya terbawa arus. Entahlah, setelah itu apa yang terjadi.

    Lalu, jika para semut itu adalah kita sebagai manusia, sesungguhnya kita ini sudah benar-benar masuk ke dalam “arus” yang dibuat tuhan.Arus yang sudah ditentukan tuhan, bahwa inilah kita, berada di episode akhir zaman, melalui berbagai cerminan kejadian yang sudah terbuktikan, maupun yang sedang menunggu untuk dibuktikan.

    Tinggal kita, sebagai “semut” tadi, bisa memilih : terbawa “arus” atau tidak. Sesungguhnya semut yang beruntung adalah semut yang mampu keluar dari arus tersebut, bersandar di pinggir, kemudian mencari jalan pulang…

    Sama seperti kita yang sudah tahu bahwa apapun itu jalan kehidupan yang kita tempuh, pasti mempunyai akhir.Dan melalui petunjuk-Nya, kita telah diberitahu.Tinggal kita sendiri, yang harus menyadari semua itu, mentafakkurinya, sekaligus mencari “jalan pulang” kepada Tuhan.

    Yah.Semua itu hanya sebuah cerita.Seperti cerita dongeng impian.Tapi, benarlah, hidup ini pun sesungguhnya hanya dongeng impian.Nyata atau mimpi, sebenarnya relatif bagi kita.

    Oh ya, mungkin beberapa semut yang selamat itu, malah menggantung bahkan menempel di “telunjuk” Tuhan. Itulah kiranya perumpamaan dari sedikit manusia yang benar-benar ingin mencintai Tuhannya, sehingga ia pun diangkat ke tempat yang Tuhan ridhai. Betapa beruntungnya…


    FOTO SUMBER :



    0 komentar:

    Posting Komentar