Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Gimana teman-teman SIDS, semuanya sehat ? semoga semuanya
dalam lindungan-Nya ya. Amiin.
Duh, ngga kerasa udah hari sabtu lagi ya ? hmmm. O iya, buat
penggila bola juga pastinya ngga sabaran buat nunggu besok senin dinihari,
untuk melihat jagoan mereka beraksi di Euro 2012. Hayooo, ngejagoin mana nih ?
Spanyol atau Italia ? menurut saya, dua duanya sama kuat kok. Yaa, asal sportif
aja pemain ama suporternya. Oops, tapi jangan terlalu percaya deh ama ramalan
si Citta, si gajah itu. Hehehe.
Dan juga buat teman-teman seperjuanganku, yang kemarin ikut
SNMPTN, udah bentar lagi nih pengumuman. “galau.galau.galau” hehehe. Yang di
dalam otak teh kemungkinan itu aja.
Apalagi, kabar-kabarnya tanggal 3 Juli udah pengumuman, dipercepat, yang
asalnya 7 Juli. Wuaah, pada ngga sabar deh ya, hehehe. Yuk ah, sama-sama ngedoa
buat kita dan temen-temen kita, semoga pada keterima di PT yang dituju. Amin.
Hmm.
On the one side,
banyak nih temen-temen kita yang gibol,
mulai dari anak anak sampe yang tua, memprediksi siapa sih yang bakal jadi
juara di Euro 2012 kali ini. Ada yang bilang, pasti Spanyol yang menang, karena
mayoritas pemainnya masih merupakan “generasi emas” yang dulu pernah menggasak
trofi Euro 2008 dan Piala Dunia 2010, apalagi ditambah pasukannya juga berasal
dari bendera klub yang mendunia, yang mayoritasnya dari Barcelona dan Real
Madrid. Ooh, pendukung Italia juga ngga mau kalah dongs tentunya. Mereka punya playmaker yang keren kayak Andrea Pirlo,
dan punya “si Bengal”, duh, yang itu tuh, membuyarkan jagoan saya Jerman, untuk melaju ke babak final. Dan
sepengamatan saya, gaya main Italia itu punya ciri khas tersendiri, yang ngga
bisa saya jelasin hehehehe. Yang jelas, keduanya punya kans yang sama besar
untuk jadi juara. Tinggal nunggu tanggal main deh.
On the other side,
membahas teman-teman seperjuangan di SNMPTN kemarin. Hehe. Kalo temen-temen
mengenang kembali, sungguh berat perjuangan kita waktu itu. Kan, pertamanya,
kita tuh harus fokus dulu untuk menghadapi UN, yang ngga main-main. Dari sekian
kali Try Out, yang lulus sih bisa diitung dengan jari, bahkan lebih kurang dari
jumlah jari, hehehe. Dari yang ngga lulus itu, kita “dipecut” ama guru dan
orang tua kita, agar ujian selanjutnya bisa lulus. Yah, namanya juga anak SMA
kan, udah “dipecut” gitu, baru deh “lari tunggang-langgang”, hehehe.
Maksudnya, udah dimarahin gitu, baru deh bisa mikir akan
masa depan yang akan datang. Akhirnya, beberapa bulan terakhir, mulai deh
belajar keras, dari pagi buta, siang bolong, sore lembayung, sampe larut malam
! (lengkap dah tuh). Akhirnya, ga kerasa beres juga UN. Belum beres, dua bulan
kedepan masih ada SNMPTN. Mulai kasak-kusuk nyari perguruan tinggi yang ingin
dituju, nyari jurusan yang pas, dan mulai mencoba mengerjakan soal “dewa” khas
SNMPTN. Fiuuuh, setelah berjibaku, akhirnya beres juga. Dan tinggal tunggu
tanggal pengumuman deh.
Dari kedua side
tersebut, apa sih yang dinanti ? ada yang bisa jawab ?
Yup, bener. Hasil, itulah yang ditunggu. Apapun yang kita gadang-gadang sejak awal tetaplah itu
sebuah misteri. Jelas, ngga ada yang bisa memprediksi hasil dengan mutlak bisa
dan benar. Hanya Tuhan yang tahu, benar tidak ?
Terlepas dari semua itu, ada pelajaran yang dapat kita
petik.
Masalah hasil, sebenarnya itu bukan urusan kita. Hasil
bukanlah kavling kita, meskipun kita tetap harus mem-plot diri kita untuk
mengusahakan hasil yang terbaik. Dalam sebuah kompetisi, mungkin kita hanya
dapat berusaha maksimal dengan apa yang kita bisa, masalah menang atau tidak,
tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Hasil adalah rahasia. Namun setidaknya, faktor berikut dapat
menguatkan, apa sih penyebab kita mendapatkan suatu “hasil” :
1. Niat
Niat adalah bahasa jiwa yang
tergerak dan termanifestasikan dalam pikiran, yang bertujuan untuk melakukan
suatu hal. Yup. Ingat kan, sejak pertama kita berusaha untuk mendapatkan suatu
hal, pasti dimulai dengan niat terlebih dahulu. Niat adalah salah satu faktor
yang menentukan hasil. Dan dari niat, lahirlah visi atau pandangan ke depan
akan sebuh tujuan. Dan seketika itu pula, mulailah jiwa untuk membangun
paradigmanya.
Coba pikirkan, jika dalam suatu
kompetisi sepakbola, ada satu tim yang berniat, “tim kita harus menjadi juara
tahun ini”, dan bandingkan dengan tim lain yang berniat, “ah, tahun ini kita
harus menjadi tim kuda hitam saja” . dari niat saja kita sudah tahu, tim mana
yang “mungkin” menang dan “akan” menang.
2. Persiapan
Tahap ini jelas menentukan, who are the winner or the looser. Yang
berpikir menang, tentu, ia akan mempersiapkannya dengan matang.
Teman, jika tulisan saya di
paragraf di atas begitu pendek, memang begitulah. Tapi, seperti yang kita tahu
bersama, tahap persiapanlah yang paling
panjang, yang paling lama, paling menguras energi, yang bisa meruntuhkan niat,
yang secara tidak langsung dapat menyaring siapa pemenang dan siapa pecundang.
3. "Pertempuran"
Pada tahap inilah, kita melakukan
pembuktian dari apa yang kita sudah persiapkan. Meskipun ini adalah puncaknya,
ikhtiar maksimal tidak akan cukup kokoh apabila tidak ditunjang dengan
persiapan yang maksimal juga. Jadi, bagi yang tidak maksimal persiapannya, maka
akan kelihatan “belangnya” ketika masa pertempuran.
4. Doa
Disini adalah tahap yang tidak
semua orang melakukannya. Sementara, doa, yang kita tahu, berfungsi sebagai
penguat jiwa, penguat sugesti, sekaligus sebagai penyerahan diri atas segala
apapun yang telah kita lakukan. Dengan doa, orang yang sudah berusaha maksimal
tidak akan pernah merasa rugi dari apapun hasil yang akan dia dapatkan. Karena ia tahu, bahwa sebenarnya bukan
hanya hasil yang ia cari, tapi bagaimana proses untuk mendapatkan hasil
tersebut. Dan yang lebih, ia bangga akan usahanya sendiri.
Yup.
Teman, jika kita sudah
mendapatkan hasil dari usaha yang kita lakukan, jika berhasil, syukurilah.
Namun, apabila gagal misalnya, cobalah kita tengok dulu ke empat poin diatas
dan sebenarnya, apakah perlu kita marah-marah atau kecewa berat dari
kegagalan jika kita (memang) belum
memaksimalkan empat poin di atas.
Jadi nih, kalo ada yang main
sepakbola, trus salah satu tim yang main kalah, ya seharusnya ngga usah
nyalahin pemain, nyalahin pelatih, apalagi nyalahin wasit. Introspeksi aja diri
masing-masing. Udah kalah mah kalah we, asal emang bener mainnya itu jujur
dan sportif, tetep aja martabat ngga akan turun kok. Ari kalo mainnya udah curang, terus kalah, pake marah-marah lagi,
duh ngga gentle banget kan ?
Nah, bagi teman-teman, (jika)
benar-benar sudah berusaha maksimal, tapi mendapatkan hasil kurang maksimal
dari usahanya, maka masukilah poin ke lima :
5. Ikhlas
Mau berhasil, mau gagal, bukan tempat untuk dibandingkan disini. Ini
adalah tempat orang yang benar-benar menerima hasil yang ia dapatkan, dan ia
bangga atas apa yang ia lakukan !
Rasa ikhlas ini timbul karena ia
tahu, bahwa ia sudah berusaha paling maksimal yang ia bisa, dengan cara yang
Tuhan sukai, dan ia bangga akan itu. Jadi, orang yang ikhlas mah, lempeng-lempeng aja, mau berhasil kek,
mau gagal kek, itu urusan Yang Mahakuasa. Hati menjadi tenang, mantap, dan
bahagia. Tuh, dahsyat kan ?
Dari ikhlas ini, rasa dengki akan
keberhasilan orang akan terhapus. Karena ia yakin, ada jalan lain yang Tuhan
bukakan kepadanya. Pokoknya, lapang banget deh hidup orang yang ikhlas. Hehehe.
O iya. Sebagai penutup, ada kata
mutiara nih buat kita semua,
“ Sebenarnya, jika telah berusaha, maka tidak ada kegagalan. Hanya
saja, hasilnya yang akan berbeda”
Tergantung kan, usahanya maksimal
atau ngga, hehehe.
Selamat bermalam minggu, sahabat
SIDS J
Wassalamualaikum warahmatullahi
Wabarakatuh.
Foto Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar