Ketika kemarin sore berganti status, kukira itu suatu yang biasa saja. Siswa, hanya ditambah kata ‘maha’. Selesai. Dengan jargon-jargon dan teriakan melolong seperti mau perang, aula itupun diguncangkan. Gema gemanya memang menggetarkan, tapi entah, apakah itu hanya sebuah ritual, atau semacam password saja untuk menyatakan bahwa ‘ini dia yang namanya mahasiswa’ ?
Aku mahasiswa. Dan bingung
Seperti biasa, dimanapun ketika awal bertemu, pastilah kakakku itu mementingkan penampilan di awal. Segala hal yang bagus dan nampak bijak ditunjukkan, dengan sedikit senyum tergurat, dan mata yang melotot. ‘kalian, mahasiswa ?’ teriaknya. Dia lah mahasiswa sejati, menurut bahasa tubuhnya. Dia lah yang patut dicontoh, patut digugu, patut dihormati dan dihargai. Memang, aku terkesima di awal dan benar-benar ingin menirunya, tapi sudahlah. Seminggu setelahnya, aku melihat mereka ‘kembali ke alamnya’ dengan tidak menunjukkan jejak bijak senioritas sedikitpun. Lalu, yang mana yang mau aku tiru ?
Aku mahasiswa. Dan bingung ...
0 komentar:
Posting Komentar