Cinta.
Satu kata ini masih menjadi misteri terbesar dalam hidupku. Segala
kemungkinan bisa terjadi. Tak ada fakta yang menjelaskannya pasti, bahkan oleh pujangga
sekalipun. Definisi cinta di dunia ini hanya sebatas “postulat” yang ditinggal
mati para pujangga yang sempat mencoba me-rupa-kan cinta, menjadi labirin yang
tidak terselesaikan dan masih menjadi misteri bagi semua insan.
Ia tak berwujud, namun ia bisa merasuki siapapun. Ia tak
bernafas, namun ia bisa membuat nafas orang yang dirasukinya tak menentu. Ia bisa
datang, dan bisa pergi kapanpun dia mau.
Namun, cinta bukanlah “tuhan”. Bahkan, cinta itu sendiri
tunduk kepada tuhan. Kuakui saja, cinta adalah salah satu teka-teki terbesar
yang pernah ada.
Pendiam pun bisa jadi pujangga dibuatnya. Periang bisa
dibuatnya terdiam. Tak terhitung juga air mata yang menghiasi, harapan yang
membuncah, sekaligus rasa yang tak bisa diungkapkan.
***
Ketika jari ini tak mampu lagi untuk menuliskan, ketika otak
sudah tidak mampu lagi mendefinisikan cinta, hati ini masih terus saja
bergelora. Memang, jari dan otak takkan pernah tahu maunya hati. Hati ini
terbang sendiri, tersudut sendiri, dan menggelora sendiri. hati mempunyai
bahasa yang berbeda, dan ... entahlah.
Kadang dalam keramaian, hati selalu mengalah pada keadaan. Namun
ketika kesendirian telah menyelinap, inilah giliran hati menjerit, menjerit
keras ... mungkin hanya Tuhan yang tahu artinya.
***
Aku kadang terjebak pada perasaan cinta. Kadang begitu cepat
rasa ini berpindah pada yang lain. Aku pun tak mengerti, seiring waktu, cinta
pun akhirnya bisa terkikis. Pada saatnya kembali, ia kembali tumbuh subur pada
hati yang lain. Apa ini ?
***
Bisakah kuartikan sendiri, bahwa cinta itu anugerah ? bisakah
kuartikan cinta itu adalah sebuah labirin rumit, yang apabila dicoba
diselesaikan, akan menemui akhir pada muara kasih-Nya ?
Cinta itu ciptaan tuhan, aku percaya. Dan ketika dihadapkan
kenyataan bahwa cinta itu datang dan pergi, aku juga harus percaya. Aku harus
yakin, bahwa rasa cinta yang dititipkannya ini hanya sebagai ujian saja, bisa
diambil dan berpindah.
Percayalah, ketika kita sudah terjebak dalam labirin bernama
cinta, kadang kita akan menemui jalan buntu. Disitulah hati kita terluka dan “menjerit”
memanggil pencipta-Nya. Bukankah kita tenang jika kita mengingat-Nya ?
Lalu, apakah kita yang dibangunkan setiap hari, diberikan
nafas dalam setiap detik, itu bukan bukti cinta-Nya ?
Lalu apakah bijaksana jika kita begitu mudah menyatakan
cinta pada seseorang, sedangkan kita belum mencintai dengan sepenuh hati pada sang
pencipta cinta, Yang Maha Mencintai ?
***
Alangkah indah firman Tuhan dalam kitabnya, seseorang yang beriman hanya untuk yang
beriman. Aku pun berharap bahwa aku termasuk yang disebutkan disana, yang “beriman”
bahwa segala cinta, hulu maupun hilirnya kembali pada Tuhan juga.
Tidak mudah mendapatkan “rumah” cintaNya, namun ketika kita mau
saja “bertamu” kesana, maka kita pasti akan dibimbingNya, karena Ia tidak akan
pernah menyia-nyiakan siapapun yang menjaga kebersihan hatinya.
***
Tuhan pasti tahu, aku butuh cinta. Tuhan tahu, aku manusia
biasa yang membutuhkan tambatan hati. Namun, Tuhan lebih tahu bagaimana hati
yang akan diberikannya cinta itu menjadi kuat dengan diberikan berbagai cobaan
yang menyakitkan, hati yang dapat menyaring antara cinta suci maupun nafsu, hati
yang mampu belajar dari kesalahan, dan hati yang dapat kembali tunduk dan
bersuci di hadapan penciptanya.
Tuhan mungkin membiarkan hatiku berjalan sendiri, agar aku
paham apa arti kesetiaan dan kesabaran. Tuhan pun pasti mendengar tangisan hati
yang berharap dan berserah diri padaNya, pada pilihanNya. Hingga akhirnya cobaan
pun akan berakhir....
Dalam sujud, dalam harap, dalam kesendirian, aku hanya bisa
berharap. Tuhan, tolong jaga hatiku ini dan nanti tunjukkan aku pada hati yang mencintaiMu
pula. Pun, hati yang mencintai apa adanya diriku. Amin.
@sebuah tapak hati, November 27
Foto Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar