• Selamat Datang !

    Keseimbangan Jatidiri #2


    #2 ~ EQ = Bijaksana


    Bangun pemudi pemuda … Indonesia ..
    Tangan bajumu singsingkan untuk Negara ..
    Masa yang akan datang .. kewajibanmulah ..
    Menjadi tanggunganmu terhadap Nusa ..
    (Bangun Pemudi Pemuda, A.Simanjuntak)

    Assalamualaikum sahabat ! MERDEKA ! MERDEKA ! MERDEKA !
    /Woiiish jadi semangat gini euy ? aya naon yeuh ?/ Hahaha .

    Dirgahayu Indonesiaku. Indonesiamu. Indonesia(papun) anda, dari Sabang sampai Merauke !

    Ngga terasa yah udah 66 tahun usia bangsa kita ini. Wih, kalau melihat catatan sejarah, bangsa kita udah melewati berbagai fase yang panjang. Dari mulai tanggal ini, 66 tahun yang lalu, Pak Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan perjuangan rakyat Indonesia ngga main-main loh, mungkin juga diantaranya kakek-nenek kita juga ikut membantu mempertahankan kemerdekaan pada masanya. Wiih, Indonesia juga udah tahan banting tentunya, dari mulai masalah kedaulatan, pengakuan dari negara lain, komunisme, orde lama, orde baru, reformasi, krisis ekonomi, kasus korupsi, tsunami, dan masih buanyak lagi tuh kalau mau dirinci-rinci mah.

     dan patut disyukuri, Negara Indonesia kita tercinta masih tetap berdiri ! Tuh, karena jasa para pahlawan, kita ngga perlu berkontak fisik lagi dengan penjajah, tapi justru kita harus melawan diri kita sendiri dari “penjajah” … Lho, apa maksudnya ? Yuk kita bahas.

    Oke, kali ini postingan saya datang lebih awal (edisi khusus kemerdekaan), mau nyambungin ajah postingan yang kemaren, tentang keseimbangan jatidiri.  Sudah kita bahas bersama sama, tentang IQ, yang bisa disebut kecerdasan fikiran.

    Sekarang, kita bahas EQ yuk ah :D apalagi noh ?

    Kepanjangan EQ yaitu Emotional Quotient. Nah, istilah EQ ini tuh, bisa diterjemahkan dengan kata kecerdasan emosi/sikap. Loh, kok emosi bisa cerdas ? hhehe. Pertanyaan yang agak membingungkan itu mah -,- tetapi bisa dijelaskan kok. Gini nih, misalkan nih yah, sahabat punya adik laki-laki. Nih adik laki-laki kerjaanya ribuut mulu, gulang-guling aja di tempat tidur, ngga bisa diem. Aaaah ! Ngga ngga ngga kuat. Ngga ngga ngga kuat. Nyebelin deh pokoknya, kita yang lagi belajar ngerasa keganggu banget. Trus, saking marahnya, kita tuh udah ngambil buku buat ngegaplok tuh si adik … hmmmmmm … sebelnyaaa !

    Eh tiba-tiba, pas ngaliwat di depan TV, pas pisan mau ngegaplok tuh si adik, tiba-tiba ada iklan si sule ( gini katanya, oooo tidak bisssaaa !). tiba-tiba langsung sadar, masya allah, SAYA KAN UDAH DEWASA ! seharusnya ngga boleh gini dong … saya harus sabar ! masa ama anak kecil aja saya kalah ? apa ada cara lain yah, supaya adik saya ini bisa diem ?

     ***

    akhirnya, pikiran “si saya “ ini mencari cara lain yang lebih cerdas, agar adiknya bisa diam .. Nah, tu dia sahabat, contoh emosi yang cerdas teh., yang kita kenal dengan nama bekennya, yaitu bijaksana.

    Mumpung lagi hari kemerdekaan nih, kita mesti intermezzo lagi semua hal yang berbau Indonesia. Ada yang punya KBBI di rumah ? edisi ke berapa ajah ? jangan sampai ngga punya kamus kamus acan yah, terlalu itu namanya. Coba kita intip ah, apa sih arti bijaksana tuh ? kata KBBI ;

    selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; 2 pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan 

    tuh, kan ? sesuai ngga definisi bijaksana, dengan contoh cerita di atas ? hhe. Makanya, yang punya adik, jangan main ngagaplok aja yah, kasian. Sebel mah sebel oge, tapi harus cerdas yah gimana cara mengatasinya, hhehe. Untung saya ngga punya adik, hihihi.

    Kata seorang bijak, yang saya kutip bebas, sifat bijaksana ini berhubungan lagi dengan subpokok kecerdasan, yakni dimulai dengan runtutan awal cerdas berfikir àcerdas berkataàcerdas berbuat.

    Kita bahas cerdas berfikir dulu yah. Kata orang, orang cerdas belum tentu bijaksana, tapi orang bijaksana sudah dipastikan cerdas. Maknanya, secerdas apapun orang, jika ia tidak menggunakan kebijaksanaan hati nurani dalam menjalankan apapun, cerdasnya tak akan berguna bagi orang lain. Lain halnya, orang yang sudah menyikapi suatu hal dengan kebijaksanaan hati nurani, makanya jalan hidupnya pun seperti orang cerdas, dan pastinya berguna bagi orang lain. Contoh, tuh Nazaruddin kan orang pinter, lulusan ono-ini, jadi orang elite, tapi ngga pake hati nuraninya, duit rakyat malah dikorupsi, udah tau rakyat banyak yang miskin. Pikasebeleun kan ? lain halnya lagi dengan seorang PNS, yang apa adanya, tapi sudah bijak dan ikhlas dalam menjalani hidupnya, wuh pasti perilakunya kaya orang cerdas pisan. Itu tuh, contohnya Pak Julian Ichsan Balia, di tokoh Sang pemimpi.

    Cerdas berkata. Yah, kalau kita mau dianggap sebagai orang terpelajar, cara ngomongnya jangan kaya orang yang terdidik di lingkungan terminal dong yah … masa, bahasa sehari-hari kita make bahasa terminal sih ? ciri-ciri bahasa orang terminal tuh, pake ragam nama margasatwa tea. Pasti ngerti lah. Nah, orang terpelajar yang menggunakan bahasa seperti itu, berarti ia kurang, bahkan mungkin tidak ada kebijaksanaan sama sekali.

    Cerdas berbuat. Yaa ini mah gampang dijabarkan, tapi paling sulit dilaksanakan. Kalau kita udah punya niat baik nih, ingin melakukan ini-ini-ini, bisa dikatakan, bijaksanalah kita ketika kita mampu untuk melaksanakan apa yang kita niatkan tadi. Kalo niat, ngga berbuat, ya sama aja -,-.

    Nah, sahabat, momentum kemerdekaan saat ini wajiblah kita untuk berusaha memiliki kecerdasan emosi atau EQ tadi. Kembali lagi ke pernyataan di awal, kita ngga perlu berkontak fisik lagi dengan penjajah, tapi justru kita harus melawan diri kita sendiri dari “penjajah”. Ya, agar kita menjadi orang maju, bijaksanalah dalam hidup. Ketika kita kita mempunyai niatan buruk, bijaksanakanlah hati kita. Karena dengan mempunyai sifat bijaksana, subhanallah, hidup kita menjadi seimbang ,dan pastilah hidup kita diberkahi oleh Allah.

    ***

    Eiit ngomong2 keberkahan, bahasan kita tinggal 1 lagi yah, yaitu SQ. insya allah secepatnya, okey ! hhehe. Selamat 17an yah :D


    Foto Sumber :



    2 komentar: