#3 ~ SQ = kejujuran
Kejujuran. Hmmm …. siapa yang tak kenal kata ini. Namun, zaman sekarang, kita mungkin hampir tak mengenal bentuk dan rupa “si kejujuran” ini. Tak pelak lagi, karena kita sudah tak lama lagi mendengar prinsip hidup yang satu ini dibicarakan, bahkan untuk dilaksanakan.
Kita mungkin sudah tahu, betapa kebohongan, sebagai invers dari kejujuran, yang malah merajalela dalam kehidupan kurun ini. Lihat saja, kita mungkin hampir muak mendengar berita berita di televisi, bagaimana praktek kebohongan yang meraja di setiap “sektor” pemerintahan di negeri ini. Kita muak, karena praktik busuk itu berakibat fatal bagi kemajuan bangsa ini, dan tentunya kita secara tidak langsung mengutuk orang yang melakukan aksi itu.
Ironisnya lagi, ada berlian-berlian yang dimiliki bangsa ini, yang masih tertaih-tatih menegakkan kejujuran di tanah air ini, malah jadi korban kekejaman orang-orang pembohong yang berduit, untuk menumpas mereka, agar praktik mereka tidak pernah terbongkar, bahkan terendus pun tidak.
Kita hanya bisa mengelus dada, masih adakah nurani para wakil rakyat itu ? masih adakah kejujuran dalam hati mereka ?
Saya mampu menjawab, ada ! sekali lagi, itu masih ada, dan pasti ada ! namun sayangnya, nurani mereka, yang disuarakan oleh hati kecil mereka, tertutup oleh kerasionalan pikiran mereka yang dikendalikan nafsu sendiri, dan sayangnya itu sesat. Coba dengar alasan mereka, kenapa sih mereka tega merampas uang rakyat ? jawabannya logis, ingin menjadi orang kaya, dan memperlama masa jabatan dengan uang itu. Real ngga ? jawaban saya, ya ! apa alasannya, karena sifat dasar manusia adalah kikir dan tamak, serta ingin enaknya saja. Siapa yang ngga mau enak ?
Rasional saja, ketika kita “berada diatas”, mana mau kita “turun” ? itulah sifat asli manusia yang tak bisa dihapuskan. Tapi sayang seribu sayang, serasional apapun pikiran mereka, itu tetaplah sesat ! karena tidak memperdulikan kata hatinya yang sesungguhnya. jika kita bisa mendengar jeritan hati kecil mereka, kita pasti mendengarkan kebenaran hakiki yang berdengung,
“heiiii … jangan korupsi ! lihat rakyatmu, mereka kelaparan … apa kau tak kasihan ? heii … “
Yang mungkin seperti itulah. Tapi sayang, hati kecil yang suci itu terlalu kecil untuk mengalahkan kerasionalan pikiran, (yang naudzubillahnya itu sesat !)
Ah, temanku. Tak usahlah terlalu berat membicarakan hal diatas. Mari kita lihat saja cermin diri kita yang kotor itu, dan mari kita ungkap satu-persatu.
Siapa yang tidak pernah menyontek ? bohong kuadrat jika anda mengatakan tidak, teman. Bahkan, menyalin tugas teman yang dikerjakan setelah pulang sekolah pun, sama saja mencontek.
“Heit ! itukan kan pekerjaan rumah, dan tidak dikerjakan di sekolah. Sah-sah aja dong ?” mungkin itu pembelaan dari pikiran kita.
“tetap saja menyontek itu namanya” kata hati kecil. Ah, kita terlalu jarang memperdulikan kata hati kecil …
Siapa yang tidak pernah mencontek, selagi ulangan ? asal anda tahu, menyontek atau memberi contekan pun merupakan rantai busuk konspirasi kecil-kecilan yang kita lakukan. Sering malah.
Sekarang mari kita kaji, apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita sendiri.
“HEY, siapa sih yang ngga mau nilai ulangannya bagus … agar sukses, kita itu mesti bekerjasama. Aku juga tidak melulu mencontek, kadang aku juga memberikan contekan kepada teman .. aku harus tahu diri. Iya, masa aku hanya bsa mencontek ? ah, kawan, hanya satu soal, apa sulitnya sih untuk berbagi. Kasian temanku di belakang, ia sedari tadi gelisah saja. Mungkin lebih baik aku memberikan contekan kepadanya, satu soal saja ….”
Sahabat, saya mau tanya, rasionalkah pikiran kita ini ? kita mesti mengakui, YA ! SANGAT RASIONAL, KETIKA NAFSU MENGUASAI PIKIRAN. Tidak perlu banyak membantah, bagi anda yang sering mendapatkan contekan.
Tapi BENARKAH si RASIONAL itu ? mari kita buka lembar lusuh itu.
Ya ampun ! dibawah telapak kaki “pikiran rasional” itu, ternyata ada sesuatu terinjak dengan kondisi menyedihkan ! apa itu ? HATI KECIL kita sendiri !
“teman, aku sudah memberitahumu. Bahwa kebenaran hanyalah milik Allah. Dan aku dipasangkan dalam tubuhmu, untuk menetralisir pengaruh buruk pikiranmu, yang bisa saja terkontaminasi oleh situasi dan kondisi yang buruk itu. Aku sakit, karena sudah terinjak injak oleh mahadaya pemikiran dan nafsumu, tapi satu hal yang ingin aku beritahu, PERILAKUMU ITU TIDAK DIBENARKAN SEDIKITPUN oleh aku, maupun PENCIPTAMU. Sebesar zarrah pun dosamu, pasti tak pernah luput dari hisab Allah, camkan itu !”
Naudzubillah. Seringkah kita mendengarkan kata hari yang bersih dan suci ini ? pernahkah, ketika kita sudah berbuat mencontek itu, hati kita menjadi tidak enak ? terimalah jawaban ini kawan, bahwa hati kecilmu itu sakit, karena terinjak-injak oleh kerasionalan pikiranmu yang sesat itu !
Ah.
Serasional apapun pikiran kita, yang harus menjadi rujukan untuk mencari kebenaran adalah, apa kata hati kecil kita ini … hati kecil itu lah yang bersih, dan suci, karena Allah tidak saja memberi manusia sikap tamak dan rakus, tetapi juga memberi penetralisirnya, yaitu kejujuran hati yang mulia, yang diberikan oleh sang Mahamulia, ilahi rabbi.
Namun, ada yang patut kita cermati. Masih sakitkah, atau tidak enakkah perasaan kita, ketika melakukan perbuatan buruk ? cermatilah, bahwa itulah pertanda hati dan perasaan kita masih senantiasa hidup. Ya, hidup ! kok ? ya, karena ia masih bisa merasakan sakit.
Mulai sekarang nyatakan dalam diri kita, jadikanlah kata hati nurani sebagai tempat bersandarnya nilai dari perbuatan kita, agar rasionalnya pikiran kita tidak melulu terseatkan oleh keadaan dan nafsu.
Lain lagi halnya, ketika hati kita tidak terganggu atau sakit ketika kita melakukan perbuatan buruk, berarti itulah saat dimana kita harus mengakui, bahwa hati kita sudah mati ! naudzubillah …
Tapi tak usah khawatir. selaginafas masih berhembus, tidak ada kata terlambat untuk berubah. ingat, kita dahulu pernah suci, karena kita dilahirkan dalam keadaan suci. lalu, mengapa kita enggan untuk membersihkan diri, hingga menjadi suci kembali ? Tuhan masih sayang kepada kita.
Tapi tak usah khawatir. selaginafas masih berhembus, tidak ada kata terlambat untuk berubah. ingat, kita dahulu pernah suci, karena kita dilahirkan dalam keadaan suci. lalu, mengapa kita enggan untuk membersihkan diri, hingga menjadi suci kembali ? Tuhan masih sayang kepada kita.
Kata Tuhan, jujurlah.
Maka kita harus ikutlah apa kata tuhan.
Kita pasti selamat ! pasti !
***
Semoga kita dapat mengambil hikmahnya, dan menyeimbangkan SQ-IQ-EQ kita.
dan mari kita belajar memegang prinsip : "jujur, cerdas, dan bijaksana"
Insya allah berkah. amin
***
Semoga kita dapat mengambil hikmahnya, dan menyeimbangkan SQ-IQ-EQ kita.
dan mari kita belajar memegang prinsip : "jujur, cerdas, dan bijaksana"
Insya allah berkah. amin
0 komentar:
Posting Komentar