• Selamat Datang !

    Nyamankah Dirimu ?


    Kadang memang, hidup ini dilematis.

    Sesuatu hal yang membuat kita menjadi tidak nyaman seringkali ada, dan itu berpengaruh pada perilaku sehari-hari, dan kadang memang membunuh "karakter" asli yang dimiliki diri. Live is never flat, kata sebuah iklan. Ya, itu bukan hanya sebuah iklan biasa, melainkan mengandung maksud yang penuh filosofis di dalamnya. Mana ada, kehidupan yang terus menerus "lurus" ? Kadang kita memimpikan itu, kan ? 

    Oh, kapankah itu semua terjadi ? Tidak akan pernah terjadi, selama kita hidup di dunia. hhaha (benar, kan ?) kita mesti ingat, satu-satunya kehidupan yang paling "lurus" adalah kehidupan di akhirat, yang kita bisa pilih destinasinya, surga atau neraka.

    And now on, kita bicara tentang kenyamanan diri. apa itu, dan apa maksudnya ? 
    Seringkali, kita mengidentifikasikan kenyamanan diri itu dengan kata "Gue banget deh ...", artinya segala sesuatu yang kita miliki itu sesuai dengan kondisi psikologis sadar maupun bawah sadar, untuk menerima sesuatu itu tanpa paksaan. Dan bisa disingkat pemahamannya, apa yang membuat kita nyaman, adalah apa yang mempengaruhi akal dan hati untuk mengatakan "Ya, ini cocok .."

    Jika kita penyuka warna warna cerah, maka kita mempunyai kecenderungan menghindari warna warna gelap. dan anggaplah situasinya ada dalam sebuah acara, yang kita diwajibkan menggunakan baju berwarna gelap. Disinilah kondisi dilematis itu berasal. Bisa jadi, kita memilih opsi pertama yaitu memaksakan diri, atau opsi kedua, yang berbunyi "ah, kajeun teuing urang teu milu ...

    Disinilah keunikan manusia. Setiap jiwa memiliki pijakan sendiri sendiri. Tak pernah ada orang yang sama persis, dan dunia memang diciptakan untuk saling memahami perbedaan yang ada.
    Jika diibaratkan jenis musik, banyak baget deh jenisnya. ada pop, rock, jazz, dangdut, seriosa, alternative, metal, punk, religi, dan lain sebagainya. Tentunya, kita pasti menjadi salah satu penyuka salah satu jenis musik di atas, (atau bahkan, mungkin ada yang ngga suka musik ? hhehehe ). Nah, disinilah letak kenyamanan itu diukur. Kita seneng lagu apa sih ? kok, kita merasa nikmat jika mendengar musik ini, dan apa pula yang menyebabkan kita sangat tidak menyukai musik itu ? hanya kita yang tahu.

    Apa aja sih indikator yang membuat kita tahu, bahwa sesuatu itu nyaman menurut kita ? Hmm menurut saya, inilah dia yang berpengaruh paling besar. diantawisna :

    - Faktor Turunan. 

    Hehehe, maaf, saya bukan berbicara matematika disini. disini maksudnya, mungkin lebih ke faktor keturunan, faktor genetika, atau faktor etnik. Ribet yah ? oke oke, mari kita perjelas.

    Entahlah darimana teori ini berasal, yang jelas, kata orang, tipikal orang Sunda itu sopan dan ramah, Orang Jawa itu ulet dan rajin, orang Melayu itu teguh dan taat, orang Batak itu keras dan kuat, dan lain sebagainya. nah disini, walaupun teori ini bersifat nisbi atau relatif, bagi kita itu sudah merupakan suatu kebenaran yang diperjelas dengan kondisi keseharian. Orang Sunda (asli) yang bertipikal seperti tersebut diatas, tentu lebih nyaman bila berkata-kata dengan suara lembut dan sopan. apa buktinya ? ada tingkatan jenis bahasa yang mengagumkan yang dimiliki orang Sunda, dimulai dari bahasa lemes, loma, sampai kasar. 

    Tapi kalau ditanya orang Batak ? Mereka mungkin lebih nyaman bila berkata-kata dengan suara keras dan menghentak, dan itupun sudah lumrah dalam keseharian. Bila dikaji, tentu tidaklah nyaman jika ada orang Sunda (asli) yang berbicara keras keras, atau orang Batak yang berbicara lemah lembut. Selain tidak nyaman, tentu juga aneh, hehe.

    Selain itu, faktor genetika pun berperan besar. Jika kita punya ayah yang bertabiat keras, tetapi punya ibu yang bertabiat lembut, itu bisa berpengaruh lewat kromosom-kromosom yang dihasilkan, sehingga mewariskan sifat kedua orang tua kepada anaknya. jangan heran, jika anak lelaki sifatnya lebih mirip ayahnya, dan anak perempuan lebih mirip sifat ibunya.

    - Faktor Lingkungan

    Nah, disini beda lagi jangkauannya. Nih yah, meskipun kita orang Sunda tulen, tapi kalau sekian lama tinggal di papua, ilang tuh bahasa sundanya, hhaha. karena kenyamanan pun diukur dari keadaan. masak kita bela-belain ngomong nyunda di papua ? ya, ngga etis dan ngga nyaman tentunya.

    Nah, beda lagi kalau dicampuri dengan bahasa bahasa gaul. keren mah keren, tapi karena itu, budaya sendiri bisa jadi luntur. Banyak yang lahir di sini, tapi ngga ngerti ngerti bahasa asli sini ( hayooo ngaku ! hehehe )

    Pun sama, jika kita membandingkan orang Sunda di Bandung dan orang Sunda di Banten. beda kan, dari gaya bicara ama tabiatnya juga ? karena faktor lingkungan berbeda, yang membuat kenyamanan pun berbeda.

    - Faktor Psikologis

    Nah, sebenarnya, inilah yang bisa dijadikan tolok ukur pasti dari sebuah pencarian. faktor psikologis ini bersumber dari keyakinan hakiki, yang diperkuat oleh moral dan ilmu. Jika kita berbicara moral, apakah nyaman jika di Indonesia, di jalan jalan orang bertelanjang bebas ? Nah, bagaimana jika dibandingkan di negara-negara barat ? tentu, bagi Indonesia (yang dasar negaranya) menjunjung tinggi moral, pasti menolak perbuatan itu. dan tentu berbeda dengan asas liberal dan kebebasan yang dijunjung di negara lain.

    Jika kita berbicara ilmu, tentu sama saja. dari tingkat keilmuan saja contohnya, para sarjana akan berbicara dengan gaya bahasa yang khas, bertitel, berfilosofis, dan sebagainya, sehingga mereka terbuat nyaman dengan itu. tentu berbeda pula dengan tukang ojek, yang gaya bicaranya suka bercanda, ngalor ngidul, seenak hatinya saja. dan itu pun pasti membuat diri mereka nyaman.

    Dan bicara keyakinan hakiki, sudah pasti kita mengenal baik dan buruk, kan ? mana yang baik dan buruk buat kita, bisa diukur lewat ajaran agama yang kita anut, yang benar benar kita yakini dan aplikasikan.

    Nah, mungkin dari ketiga faktor di atas, kita bisa memposisikan kita untuk meraih kenyamanan yang kita inginkan. dan jangan heran, kalau standar kenyamanan orang itu berbeda-beda. beberapa contohnya :

    - Orangnya kasar, ngomongnya "aing-sia", tapi dibalik itu mempunyai hati yang baik. dan ia nyaman dengan itu.

    - Seorang anak terlihat pendiam, karena setelah diketahui bahwa ayah ibunya adalah orang yang pendiam juga. dan ia nyaman dengan itu.

    - Seorang anak yang nyaman dengan kejujurannya, karena hasil didikan orang tuanya.

    - Anak orang Melayu asli, tapi ngomongnya bisa lemah lembut, karena ternyata sudah lama tinggal di Bandung. dan ia nyaman dengan itu.

    - (Ngakunya) anak sekolah, tapi ngomongnya "****** ******" karena ternyata, kebanyakan bergaul dengan anak terminal atau anak pinggiran. dan ia nyaman dengan itu.

    - Anak bandel yang berubah 180 derajat menjadi anak soleh, karena dibiasakan mengucapkan assalamualaikum kepada semua orang. dan dia nyaman dengan itu.

    - Orang Indonesia yang teguh imannya, ketika berada di negara bebas seperti Amerika Serikat, karena ia sadar akan baik dan buruk. dan ia nyaman dengan itu.


    Yup, di atas itu hanya contoh, hhehe, bahwa kenyamanan itu bisa dipengaruhi oleh faktor diatas. akhir kata, jadilah orang nyaman bagi dirimu sendiri. tetapi tetap, sadarilah kenyamanan itu dengan koridor agama, yaitu lewat baik dan buruknya. 

    SELAMAT MENCARI JATIDIRI :D


    Foto Sumber :

    DISINI
    DISINI

    0 komentar:

    Posting Komentar