• Selamat Datang !

    Ehem .


    Ehem.

    Angkot terus berlalu lalang. aku tidak perduli dengan itu. memang, aku seharusnya pulang pada saat ini. dan sedari tadi pula, seharusnya aku memberhentikan salah satu angkot itu. dan mungkin saja, sekarang aku sudah sampai di rumah, lalu melakukan "proses" seperti biasanya. menyimpan tas dengan rapih-makan siang-berdiskusi dengan ibu tentang sekolah-menanyakan kabar ayah-menggosok gigi-tidur siang ... dan seterusnya.

    Aku melihat jam tangan, sudah pukul 2 siang. sudah hampir setengah jam aku berdiri. sekali-kali aku membetulkan letak kacamataku yang agak longgar, sambil terus menengok ke kiri. dua tanganku membopong 3 jilid buku kimia yang tersampul rapi. kawan, kuceritakan saja, aku adalah "prototype" edisi remaja dari seorang calon ilmuwan. aku sudah meneguhkan diri sebagai salah satu manusia yang mencintai ilmu kimia, terutama kimia nuklir, dan aku pun sadar bahwa tugas wajibku adalah duduk-diam-membuka ensiklopedi-membuka-buka halamannya-terkagum-kagum dan yang paling terakhir, yaitu berangan-angan.

    "Kapan ya, Indonesia memiliki PLTN ? apa sih, yang harus ditakutkan dari PLTN ? lihat Iran, mereka tenang-tenang saja kan ? masalah Fukushima, itu urusan lain. kalau mau gampang, kita bisa bikin PLTN di Kalimanatan, yang notabene jauh dari aktivitas lempeng alias jauh dari bencana, kan ? padahal kita sendiri tahu, bahwa cadangan minyak bumi di dunia semakin menipis. salah satu faktornya, adalah banyaknya kendaraan bermotor. dan banyak dari teman-temanku adalah biang keroknya, begitu keterlaluan ! masa rumahnya yang berjarak hanya 100 meter di sekolah, tapi begitu teganya memakai motor ! padahal jika mereka tahu, jika 120 juta anak Indonesia aktif menggunakan motor setiap hari selama 1 tahun , maka mereka adalah biang kerok terkelupasnya ozon seluas 120 ribu hektar di atmosfer ... "

    Yah seperti itulah aku. seorang pemikir. kata ayahku, kamu ini adalah calon ilmuwan masa depan. wajib bagimu untuk mengembangkan ilmu. karena zaman yang semakin berkembang, mestilah bisa .... bla bla bla bla bla. begitulah ayahku, dia seperti bang toyib yang jarang pulang. aku tahu, ia sedang bekerja keras di sebuah instansi milik pemerintah yang berurusan dengan ilmu fisika dan kimia, yang terpadu dalam sebuah perencanaan lingkungan yang terbarukan. jika ia pulang kerumah, tidak pernah ia membawa sedikit camilan, seperti pisang goreng atau martabak coklat, pasti ia akan membawa tas jinjing yang penuh dengan kertas-kertas yang kadang aku tak mengerti apa artinya.

    "ini tesis papah, nak" ujarnya suatu hari, ketika aku menanyakannya ketika aku berumur lima tahun. "tesis itu apa, pah ?" tanyaku lagi. ia tak menjawab, bahkan tak melongok ke arah wajah imut penuh keingintahuan ini. ia hanya sibuk membuka-membuka-dan membuka beberapa lembar kertas. aku tanyakan lagi pada ibu, apa yang dijawabnya ? ditempelkannya telunjuknya ke bibirku, dan diangkatnya aku menuju kebun belakang rumah. aku dibuainya, dan setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi ...

    Sudahlah, lupakan saja. aku pun tak mau terlalu memikirkannya.

    ehem. aku kembali berdehem.

    Seketika itu, aku serasa seperti jatuh dari selokan ! dan memang benar, bau cinta itu begitu kentara. wajahku belepotan oleh merah mudanya darah muda seorang remaja. entah siapa, yang menjorokkan aku ke dalamnya. atau karena kata "ehem" barusan yang bahkan aku tak sadar sudah melakukannya.

    aku terpesona. dibalik lengkungan kaca minus itu, tersimpan bola mata yang indah. aku membara. seolah ingin
    memandangnya lama sekali. aku seperti menjadi manusia buangan yang sudah lama terpenjara dalam sel, dan baru tahu sekian lama bahwa rerumputan di sekitar penjara itu begitu indah. dan akupun baru tahu, di pinggir jalan yang sumpek, yang penuh dosa kepada ozon ini, aku menemukan sekuntum bunga yang merekah dan mendayu-dayu ... tunggu apa maksudmu mendayu dayu ?

    "stop ... " tangan halus itu seperti mendayu ketika menyetop angkot.
    ia naik ke dalam angkot. dalam tempo seperseribujuta detik, tanpa pikir panjang aku pun langsung masuk ke dalamnya. entah hormon apa yang sedang menguasai diriku ini, tapi aku tak tahu. yang jelas ini baru.

    "ehem ... " .aku kembali berdehem.
    dia menengok kearahku. walaupun senyumnya dingin dan mengindikasikan ia sebagai orang yang cuek, tapi itu cukup membuat jantungku push-up.

    "dari 25, ya ?"
    "iya. kok tahu ?"
    "seragamnya. ada tulisannya lagi. besar"

    ooppsss. aku berjanji tak akan lagi melakukan kesalahan bodoh itu. aku jadi teringat step no.14 yang dilakukan untuk menaklukkan wanita. buku itu adalah Cinta Kok Monyong ? karya Mahendra Cinta, penulis yang pinter keblinger soal cinta. kubaca buku itu sekilas, iseng iseng pinjem dari Dono, teman sebangkuku.

    "kenal Budi, ngga ?"
    "Budi yang mana ?"
    "ituh. yang kumisnya tebel"

    dia tertarik dan agak menyorongkan badannya 45 derajat ke arahku.

    "Budi Muladi ? hmm. yang di 12 IPA 2, bukan ? yang juara olimpiade itu ?
    "hmm. iya iya. ternyata kamu kenal yah"
    "oo iya kenal dong. dia terkenal di sekolah kok."

    aduh ! aku mengulang kesalahan no. 16 ! kembali aku mati kutu. buku kimia yang kujinjing semakin berat saja rasanya. aku menggaruk garuk kepala, padahal tidak gatal. aku membetulkan letak kacamataku dan mengusap minyak minyak di hidungku. seketika itu ..

    "emang siapanya kamu ?"
    "oh. ehhmm .. mmm .... dia temen aku waktu SMP ... "
    "ooh gitu. wah keren dong."
    " hhehe .. hehe .. hehehe ... ya gitu deh.. " .aku menggaruk garuk kepala lagi. tiba tiba ...

    "dia aktif lho di sekolah. selain punya prestasi yang bagus, dia juga aktif di mading gitu. dia jago banget nulisnya ..."
    "ehmm ... kamu kenal banget ama dia. kamu satu organisasi ?"
    "iya dong. aku kan bagian redakturnya ... jadi aku kenal deket .."
    "ooo gitu"

    aku sangat bersyukur bahwa aku hingga saat ini bisa berteman dengan Budi. tak hadirnya dia dalam "pertemuan dua hati" ini, masih saja memberikan manfaat. tapi dia juga membuatku geram, kenapa dia tidak menceritakan, bahwa ada seorang bidadari cantik yang ikut dalam organisasinya. sudahlah, lupakan. sekarang giliranku, menjalankan step.17

    "hmm. kamu sekelas ama dia yah ?"
    "hmm nga kok"
    "terus ?"
    "aku anak IPS, hhehe. aku di kelas 12 IPS 6."

    aku ternganga. kata "hhehe" yang dia katakan barusan membuat dadaku makin berdegup kencang. senyumnya begitu menawan. aku pun menarik nafas panjang.

    tak lama kemudian, komplek Cikutra Indah sudah hampir dekat. aku tak mau lagi berbohong lama-lama pada ibuku, mengenai kenapa aku datang terlambat. sudahlah ... yang penting angkot ini menjadi saksi bisuku, itupun sudah cukup .

    "STOP, pak ... " aku mengeluarkan uang receh.

    Step no. 3 !

    "ehem"
    "iya ?"
    "nama kamu siapa ?"
    "oh iya, sampe lupa kenalan, hhehe. aku Rina"
    "aku Fikri. sampai ketemu ya .. "

    aku melangkah dengan pasti dari angkot itu. seperti menemukan jiwa baru .... entahlah, seperti ada yang tertinggal. aduh, setengah jiwaku dibawa olehnya !

    Ehem. ( Bersambung )


    Foto Sumber :
    DISINI
    DISINI

    0 komentar:

    Posting Komentar