• Selamat Datang !

    Mempersiapkan “kegagalan”


    Assalamualaikum semuanya. Ketemu lagi nih di hari sabtu yang berbahagia. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT, amin.

    Hari ini, seperti biasanya, blog ini saya selalu isi dengan “narasi” dalam pengalaman saya sendiri, yang dapat saya olah menjadi sebuah tulisan yang semoga menjadi ibrah buat kita semua.

    Kali ini, jujur saja, saya nih lagi sibuk banget ama yang namanya ngurus jadwal. Udah makin berumur gini (maksudnya kelasnya), jadwal makin padet aja. Biasalah, kan bentar lagi mau menghadapi Ujian Nasional yang makin mepet aja gak kerasa. Kadang, selisih waktunya buat sekedar bersantai itu ngga ada banget.

    Wuah, pulang sekolah harus kesini, kesana, kesono … harus belajar tambahan, ikut bimbel, belum pemantapan, ditambah lagi dengan tugas-tugas yang terus ada… dan fiuuuh, bulan Maret di depan sudah menunggu dengan Ujian-ujian awal, seperti ujian praktek, tertulis, dan ada juga yang namanya Ujian Sekolah. Bener deh, mungkin adik kelas saya pada nyirikin, ah masa gitu-gitu amat? Hehehe, yaa nanti deh, tunggu aja, pasti ngerasain kok. Ya, asal naik kelas aja ke kelas 12, hehe.

    By the way, meskipun kegiatannya “gitu-gitu amat”, yaa mau ngga mau saya harus enjoy menjalaninya, toh ini juga buat masa depan saya, untuk menjelang masa baru lagi, sebagai anak kuliahan. Alhamdulillahnya, semua komponen seperti mendukung saya, seperti Allah yang masih memberi tubuh saya kesehatan, doa orang tua yang tulus, guru-guru yang gigih mengajar muridnya yang masih “minus” ini, sekaligus orang-orang lain yang saya ga bisa sebutin atu-atu deh, hehehe.

    Nah, itulah dia. Bagian sejarah yang sama buat seluruh anak kelas 12 yang kayak saya, dari sabang sampe Merauke, kurang lebih sama lah. Intinya, ini semua adalah usaha dan perjuangan untuk menggapai mimpi-mimpi selanjutnya, untuk mempertajam kemampuan kompetensi agar pada saat di “medan perang” termasuk orang-orang yang siap.

    Nah, berhubung masih gini-gini juga, yang namanya kelas 12 tuh pasti udah punya rencana, mau kemana nih ntar kalau mau kuliah. Sekian orang bahkan sudah mantap dan yakin mampu untuk berkuliah di suatu Universitas, sedangkan mayoritasnya masih galau untuk memilih universitas mana, fakultas apa, jurusan apa yang bakal dia pilih. Yaa, saya juga masih termasuk orang-orang yang galau lah, hehe.

    Nah loh, tapi, apa yang ekuivalen dengan judul di atas yah ? bukannya usaha yang kita lakukan selama ini untuk mempersiapkan keberhasilan kita di masa depan ?

    Yup, dari tagline di atas aja, mungkin banyak orang yang salah paham, hehe.

    “ ….. Masa, kegagalan dipersiapin. Ya kalau mau gagal mah, ya ga usah belajar,ngapain repot-repot ? meningan nonton aja di rumah, tidur, atau apalah yang nikmat. Naha harus capek-capek kaya gitu … “

    Eeeh aa’, teteh, akang, neng, dulur sadayana … maksud saya teh bukan gitu, tapi ada yang tersembunyi di dalamnya. Yuh ah, lanjut.

    Gini, yaa kita sih boleh-boleh aja mempersiapkan semuanya dari sekarang itu untuk keberhasilan kita di masa depan, dan kita boleh-boleh aja pede. Tapi, inget, yang nentuin semua itu bukan kita, kan ? Allah SWT lah yang nentuin tuh nasib kita-kita. Kita kadang lupa bin khilaf, kalau sebenarnya usaha kita sedang dinilai oleh-Nya. Pantes ga sih kita ini di tempat yang kita cita-citakan. Nah, yang mau masuk matematika ITB misalnya, gimana, disuruh ngitung aja masih belepotan atau ngga ? yang mau masuk akuntansi UNPAD misalnya, gimana, bikin pembukuan masih berantakan atau ngga ? yang mau masuk Komunikasi UI misalnya, gimana tuh, bahasa asingnya udah lancar belum ?

    Nah itu dia, kita sih ngga tau kualitas diri kita itu kaya apa, selain Allah SWT. Nah, Allah mah ngga akan nukerin nasib kok, kalau kita emang pantes di suatu tempat, ya kita ngga akan ketuker ama yang lain. Nah loh, kalau misalnya, ternyata kualitas kita masih jauh lebih buruk dari orang lain, masa Allah zalim terhadap orang lain yang lebih baik daripada kita ? ya pasti, mau ngga mau, kita mesti kalah dari “persaingan” itu.

    Kisah klasik yang sering kita dengar, banyak orang yang mau masuk ke suatu Universitas X, yang sebelumnya udah belajar pol-polan, udah persiapin ini-itu, udah meyakinkan diri sendiri, eh ternyata, dia ngga masuk tuh ke itu Univ. X. Malah lebih sadisnya, temennya yang tergolong dia anggap biasa, malah masuk deh kesitu. Gimana ngga sebel, kan ? akhirnya banyak yang stress, nangis-nangis, sumpah serapahin orang, menyalahkan takdir, nauzubillah deh.

    Tuh kan, gimana, kita sering denger pengalaman orang lain yang dulu itu ya kayak gitu. Sebuah dilema, namun ya mau bagaimana lagi, tetap, Allah-lah yang menentukan. Kita kagak bisa nukerin, atau malah balikin waktu lagi, untuk mengubah segalanya.

    Nah, untuk itu, kita mesti siapin jurus lain untuk mengantisipasi, yaitu dengan “mempersiapkan kegagalan”. Kita harus belajar dari sekarang mensyukuri apa yang ada, berharap dan berusaha untuk lebih baik yang akan datang, sekaligus siap menerima kenyataan, sepahit apapun itu, yang akan terjadi nanti.

    Tapi, kalau emang kita memang belum diizinkan Allah untuk mewujudkan cita-cita itu, ya mungkin itulah jalan terbaik. Mungkin kita memang belum pantes disana, dan Allah tunjukkan jalan yang lebih baik yang kita tidak tahu. Gini aja simpelnya, kalau misalnya kita menargetkan untuk masuk ke Universitas X, kita juga mesti punya cadangan lain jika kita memang gagal. Ya paling ngga, lakukanlah pendekatan kegagalan, sehingga jika kita gagal, kita masih punya “langkah lain” yang wajib kita songsong.

    Yang penting, kita jangan terkalahkan oleh kekalahan itu sendiri. Biarlah kalah, tapi mungkin dibalik itu ada jalan yang lebih baik buat kita semua.

    Jadi, mulai sekarang, buatlah rencana-rencana yang singkron berhubungan dengan cita-cita kita tersebut, dimulai dari harapan terbesar hingga apa yang harus kita lakukan jika gagal. Kita bisa merencanakan, namun Tuhan-lah yang menentukan, karena Tuhan tidak perduli faktor X seseorang, mau dia pinter atau biasa, mau dia mampu atau sedang-sedang saja, ya kalau sudah ditentukan, ya sudah.

    Melakukan pendekatan kegagalan, sebenarnya hanya untuk realisasi yang kita anggap memang itu sebuah realitas. Tapi, bermimpi besar, apalah salahnya, bukan ? boleh-boleh saja kita bermimpi, asal itu dibarengi dengan usaha yang berkualitas, dan meminta kepada yang Maha Menentukan.

    Lho, siapa bilang siswa yang ada di daerah terpencil tidak dapat bersaing dengan siswa kota besar ? tidak menjadi patokan, bukan ? ingat, teori keberuntungan itu dapat berlaku, dengan izinNya juga. Lalu, apa yang kita takutkan sekarang ? yang penting mah berusaha aja yang bener, dan jangan lupa berdoa, dan sekaligus mempersiapkan langkah untuk menyambut takdir yang akan datang.

    Yakinlah, bagi Allah, itulah yang terbaik bagi kita.

    Tetap semangat, kawan !

    Foto Sumber :









    0 komentar:

    Posting Komentar