Assalamualaikum Wr.Wb
Hmm. Pernahkah anda merasakan kebosanan ?
Sure. Me, too.
Ketika beberapa waktu yang kita lewati dengan penuh rutinitas, mungkin kita sering sekali merasakan kebosanan. Ya, kita merasa seperti terperangkap dalam kesesatan semangat yang terawang-awang, diantara ingin terus melanjutkan, tapi ingin mengakhirinya pun enggan.
Kebosanan juga menyebabkan ktidakpastian akan langkah selanjutnya yang telah tersusun rapi oleh jalinan jadwal rutinitas berantai yang wajib kita lakukan setiap waktu yang ada. Ini mungkin sebuah efek dari begitu terkekangnya jiwa kita oleh sesuatu yang dilakukan terus menerus tersebut.
That’s real, bahwa kita bukanlah sebuah robot yang dapat dengan “terus-menerus” melakukan suatu rutinitas panjang berantai tanpa melonjak atau sekedar “menghela nafas”. Tentu, kita adalah ciptaannya yang paling sempurna, yang dibekali dengan rasa, cipta dan karsa untuk memahami hidup ini, bahwa hidup ini tidak hanya untuk sekedar rutinitas belaka.
Banyak orang mengira, bahwa rutinitas itu adalah suatu tolok ukur untuk menggapai apa yang kita inginkan. Semakin rutin kita mengerjakannya, semakin besar pula peluang kita untuk meraih apa yang kita inginkan. Bisa benar, bisa tidak, karena segala yang dibuat oleh makhluk itu bersifat relatif.
Namun, sekali lagi, kita bukanlah robot. Dan otak kita pun tidak didesain sepicik robot, yang hanya bisa mengandalkan rutinitas untuk melakukan apapun.
Ketika kita mencapai klimaks pada saat bosan, rasanya jiwa kita berontak, seperti ingin melakukan hal baru yang mungkin bisa membuat kita lebih bahagia. Mungkin ketika kita bosan, kita menjadi sadar, dan bertanya bahwa “manusia macam apa aku ini ?” atau “kenapa aku harus melakukan ini terus menerus” , atau “kenapa tidak aku meluang sedikit waktu untuk ….”
Coba kita bayangkan, jika manusia “hanya menggunakan” otak kirinya saja untuk melakukan aktivitas hanya berdasarkan acuan pada rutinitas yang ada setiap harinya ? bisa dibayangkan, kehdupan serasa semu dan tidak menarik. Jika memang benar begitu, kita sudah seperti kehilangan rasa kemanusiaan. Memang tidak salah jika kita melakukan hal berdasarkan rutinitas, akan tetapi lebih baiklah kita melakukan pula kegiatan yang “out of the box” dari rutinitas di sela-selanya.
Seidaknya, jika rutinitas kita setiap hari adalah pergi ke sekolah, lakukan hal hal kecil yang “out of the box” , seperti menegur tetangga, bersiul-siul kecil, atau sekedar berdendang selama menuju ke sekolah. Banyak sekali hal yang belum kita lakukan, yang benar-benar bisa memutar-balikkan mood kita yang terkekang oleh rutinitas.
Yang patut kita jadikan perhatian adalah bagaimana kita mengantisipasi rasa kebosanan yang tiba-tiba muncul. Entah ini rahasia atau bukan, tentu setan memanfaatkan rasa kebosanan ini untuk merebahkan seluruh tiang-tiang semangat kita. Jika kita belum benar-benar sadar, kita mungkin mengira bahwa wajar saja ketika kita bosan, kita bisa melakukan apapun. Dari sinilah masalah bermula karena mungkin kita terjebak juga untuk melakukan hal yang tidak berguna dengan alasan untuk mengusir rasa kebosanan.
Lalu, bagaimana jadinya ?
Jika setan bisa mengelabui kita, maka kita juga harus bisa
sebaliknya, bahkan bisa lebih telak. Tentu, dengan memikirkan terlebih dahulu
kegiatan apa yang ingin kita lakukan untuk mengusir kebosanan tersebut itu
berguna atau tidak. Hendaknya, kita harus sadar
bahwa waktu di sela rutinitas yang disediakan untuk mengusir kebosanan
ini harus pula menghasilkan sesuatu yang berharga.
Mungkin saja, misalnya ketika bosan belajar lalu bosan, kita pun pergi ke rumah teman. Ternyata, di rumah teman tersebut kita bisa lebih intens untuk membina persahabatan, yang tentunya dapat juga menguatkan jiwa, sehingga prestasi yang kita miliki juga maksimal.
Banyak sekali hal Out Of The Box yang dapat kita lakukan untuk lebih banyak mensyukuri hidup ini. Sempatkan waktu untuk sekedar berbincang santai, menyapa teman, atau bersenda gurau untuk menyegarkan otak dan jiwa, atau yang berhubungan dengan keinginan individualis seperti membaca buku, berolahraga, mendengarkan musik dan sebagainya.
It's not about the money, money, money. We don't need your money, money, money. We just wanna make the world dance,Forget about the Price Tag. Ain't about the (ha) Cha-Ching Cha-Ching. Aint about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling. Wanna make the world dance,Forget about the Price Tag.
Nah, itu dia kata Jessie J dalam lagunya Price Tag. bener juga sih, jadi segalanya dalam hidup ini jangan diukur ama uang-uang-uang, ari kalau ngga asyik mah ngapain juga kan ? Sama seperti rutinitas, jika tidak kita lakukan dengan happy alias ngelakuinnya dengan terpaksa, ngga asyik dan ngga bangeeet lah -,-
Eit yang jelas, setelah mengusir kebosanan sekejap, jangan lupa diri lho, tetap lakukan apa yang semestinya kita lakukan. Cheers your days !
Sure. Me, too.
Ketika beberapa waktu yang kita lewati dengan penuh rutinitas, mungkin kita sering sekali merasakan kebosanan. Ya, kita merasa seperti terperangkap dalam kesesatan semangat yang terawang-awang, diantara ingin terus melanjutkan, tapi ingin mengakhirinya pun enggan.
Kebosanan juga menyebabkan ktidakpastian akan langkah selanjutnya yang telah tersusun rapi oleh jalinan jadwal rutinitas berantai yang wajib kita lakukan setiap waktu yang ada. Ini mungkin sebuah efek dari begitu terkekangnya jiwa kita oleh sesuatu yang dilakukan terus menerus tersebut.
That’s real, bahwa kita bukanlah sebuah robot yang dapat dengan “terus-menerus” melakukan suatu rutinitas panjang berantai tanpa melonjak atau sekedar “menghela nafas”. Tentu, kita adalah ciptaannya yang paling sempurna, yang dibekali dengan rasa, cipta dan karsa untuk memahami hidup ini, bahwa hidup ini tidak hanya untuk sekedar rutinitas belaka.
Banyak orang mengira, bahwa rutinitas itu adalah suatu tolok ukur untuk menggapai apa yang kita inginkan. Semakin rutin kita mengerjakannya, semakin besar pula peluang kita untuk meraih apa yang kita inginkan. Bisa benar, bisa tidak, karena segala yang dibuat oleh makhluk itu bersifat relatif.
Namun, sekali lagi, kita bukanlah robot. Dan otak kita pun tidak didesain sepicik robot, yang hanya bisa mengandalkan rutinitas untuk melakukan apapun.
Ketika kita mencapai klimaks pada saat bosan, rasanya jiwa kita berontak, seperti ingin melakukan hal baru yang mungkin bisa membuat kita lebih bahagia. Mungkin ketika kita bosan, kita menjadi sadar, dan bertanya bahwa “manusia macam apa aku ini ?” atau “kenapa aku harus melakukan ini terus menerus” , atau “kenapa tidak aku meluang sedikit waktu untuk ….”
Coba kita bayangkan, jika manusia “hanya menggunakan” otak kirinya saja untuk melakukan aktivitas hanya berdasarkan acuan pada rutinitas yang ada setiap harinya ? bisa dibayangkan, kehdupan serasa semu dan tidak menarik. Jika memang benar begitu, kita sudah seperti kehilangan rasa kemanusiaan. Memang tidak salah jika kita melakukan hal berdasarkan rutinitas, akan tetapi lebih baiklah kita melakukan pula kegiatan yang “out of the box” dari rutinitas di sela-selanya.
Seidaknya, jika rutinitas kita setiap hari adalah pergi ke sekolah, lakukan hal hal kecil yang “out of the box” , seperti menegur tetangga, bersiul-siul kecil, atau sekedar berdendang selama menuju ke sekolah. Banyak sekali hal yang belum kita lakukan, yang benar-benar bisa memutar-balikkan mood kita yang terkekang oleh rutinitas.
Yang patut kita jadikan perhatian adalah bagaimana kita mengantisipasi rasa kebosanan yang tiba-tiba muncul. Entah ini rahasia atau bukan, tentu setan memanfaatkan rasa kebosanan ini untuk merebahkan seluruh tiang-tiang semangat kita. Jika kita belum benar-benar sadar, kita mungkin mengira bahwa wajar saja ketika kita bosan, kita bisa melakukan apapun. Dari sinilah masalah bermula karena mungkin kita terjebak juga untuk melakukan hal yang tidak berguna dengan alasan untuk mengusir rasa kebosanan.
Lalu, bagaimana jadinya ?
Jika setan bisa mengelabui kita, maka kita juga harus bisa
sebaliknya, bahkan bisa lebih telak. Tentu, dengan memikirkan terlebih dahulu
kegiatan apa yang ingin kita lakukan untuk mengusir kebosanan tersebut itu
berguna atau tidak. Hendaknya, kita harus sadar
bahwa waktu di sela rutinitas yang disediakan untuk mengusir kebosanan
ini harus pula menghasilkan sesuatu yang berharga. Mungkin saja, misalnya ketika bosan belajar lalu bosan, kita pun pergi ke rumah teman. Ternyata, di rumah teman tersebut kita bisa lebih intens untuk membina persahabatan, yang tentunya dapat juga menguatkan jiwa, sehingga prestasi yang kita miliki juga maksimal.
Banyak sekali hal Out Of The Box yang dapat kita lakukan untuk lebih banyak mensyukuri hidup ini. Sempatkan waktu untuk sekedar berbincang santai, menyapa teman, atau bersenda gurau untuk menyegarkan otak dan jiwa, atau yang berhubungan dengan keinginan individualis seperti membaca buku, berolahraga, mendengarkan musik dan sebagainya.
It's not about the money, money, money. We don't need your money, money, money. We just wanna make the world dance,Forget about the Price Tag. Ain't about the (ha) Cha-Ching Cha-Ching. Aint about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling. Wanna make the world dance,Forget about the Price Tag.
Nah, itu dia kata Jessie J dalam lagunya Price Tag. bener juga sih, jadi segalanya dalam hidup ini jangan diukur ama uang-uang-uang, ari kalau ngga asyik mah ngapain juga kan ? Sama seperti rutinitas, jika tidak kita lakukan dengan happy alias ngelakuinnya dengan terpaksa, ngga asyik dan ngga bangeeet lah -,-
Eit yang jelas, setelah mengusir kebosanan sekejap, jangan lupa diri lho, tetap lakukan apa yang semestinya kita lakukan.
SUMBER FOTO :
teks :
0 komentar:
Posting Komentar